Sejarah Desa Pedurungan, Kalau di tinjau dari demografi nya yang merupakan wilayah agraris dengan ketinggian 12m dari air laut dengan curah hujan yang cukup banyak, desa Pedurungan dulu merupakan daerah hutan belantara, yang kemudian datanglah atau migrasi segerombolan orang untuk membuka atau menebang hutan guna  lahan pertanian dan membangun gubuk untuk tempat tinggal sementara, namun akhirnya lambat laun mereka beranak pinak memutuskan untuk menetap dan membuat suatu perkampungan.

Dan kemudian seiring perjalanan waktu masuklah pengembara- pengembara dengan membawa misi dakwah agama islam dengan membangun pondok – pondok pesantren seperti di dusun pedurungan barat, pedurungan tengah, dan kebumen.

Legenda Sigeseng, Misteri Pohon Jambu dan Makam Syekh Salamudin Bebas Banjir

PEMALANG, mediakita.co-Di sebuah bantaran Kali Elon, tepatnya di Desa Pedurungan, Kecamatan Tamanterdapat sebuah makam tua yang menurut cerita tidak pernah terkena banjir bahkan ketika air sungai meluber sekalipun. Padahal jarak makam dengan bibir sungai hanya sekitar 5 meter. Menurut warga setempat, itu adalah makam Syekh Salamudin, salah seorang Putera Raja dari Kerajaan Jawa Timur.

Menurut Legenda Sigeseng, Syekh Salamudin adalah nama gelar setelah mendirikan padepokan disebuah wilayah yang kini menjadi Desa Pedurungan. Sejauh ini, tidak ada sumber yang bisa menjelaskan siapa nama sebenarnya putra Raja Jawa Timur ini. Hanya sebelumnya, didaerah sekitar Syekh Salamudin dikenal dengan nama Ki Dadapan Semampir. Sebuah nama yang disematkan sebagai julukan bagi kesatria pinunggul yang awalnya hanya bermaksud untuk mampir dalam pengembaraannya dari Jawa Timur.

Al kisah, ketika Bupati Pemalang Kanjeng Suwargi sedang menghadapi Babad Alas Sirawung, setiap kali mengirimkan prajurit selalu hilang. Oleh karenanya, sebagai salah satu tokoh padepokan, Ki Dadap Semampirtergugah untuk membantu babad alas sirawung dengan turut berangkat bersama cantriknya dan kemudian berhasil. Sejauh ini tidak jelas siapa sebenarnya tokoh dan nama sebenarnya Bupati Pemalang yang disebut sebagai kanjeng Suwargi.

Sayangnya, Bupati Kanjeng Suwargi saat itu justru kurang berkenan dan menjadi sumber konflik, karena apa yang dilakukan Ki Dadapan Semampir tidak atas sepengetahuannya apalagi ijinnya. Dalam kebuntuan komunikasi dan konflik, pada anti klimaks perselisihan pertemuannya Ki Dadapan Semampir dengan kanjeng Suwargi, maka di boyong lah dengan seketika Kanjeng Suwargi beserta Pendopo dan seluruh isinya oleh Ki dadap Semampir ke Alas Sirawung, daerah petarukan yang saat ini menjadi Desa Kendalrejo.

Sejak saat itulah, Ki Dadapan Semampir dengan kisah Padepokannya berubah nama sebagai gelarnya menjadi Syekh Salamudin. Ketika wafat, dimakamkan persis di bantaran aliran sungai Kali Elon. Sebuah sungai yang membentang dari Bendungan Sirayak Penggarit, disebelah barat Texmako atau Polsek Taman hingga ke Asemdoyong.

Masyarakat sekitar, menyebutnya dengan Makam Mbah Salamudin. Selain kisah dan ceritera misteri diatas, makam ini memiliki misteri lain dengan kisah pohon jambu kluthuk yang berada disampingnya. Diyakini oleh warga sekitar bahwa barang siapa ingin menimba ilmu, maka jika melakukan ziarah ritual di makamnya dan khajatnya akan dikabulkan, maka akan mendapatkan buah jambu kluthuk itu.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Akhmad Jubaedi, (47), Warga Benjaran Kecamatan Taman tentang kisah pengalaman kakeknya alm. KH. Akhmad Duri, Tarub Dukuh Bandelan Taman. Menurutnya, ketika Mbah Duri sedang ngaji menghafal Al quran, maka Kyai Akhmad Duri terlebih dulu melakukan ziarah ritual di makam Mbah Salamudin selama 40 hari 40 malam. Dan pada saat itu, Mbah Duri berhasil mendapatkan buah jambu itu. Hasilnya, Kyai Ahmad Duri berhasil menjadi pengafal Al quran pertama di Pemalang. (R-01)